Dukungan Moral PC Himmah Apresiasi Walikota Tanjungbalai, Kasus Malpraktik Anak Usia Dini di RSUD Tengku Mansyur

0
64

BALAINEWS.CO.ID, TANJUNGBALAI – Pada Jumat sore (26/9/2025), diruang kerja Wali Kota Tanjungbalai Mahyaruddin Salim Batubara berubah menjadi tempat berkeluh kesah sebuah keluarga kecil yang tengah berduka. Pasangan muda, Efri Zuandi dan Yuli Andriyani, datang membawa luka batin mendalam, anak perempuan mereka yang baru berusia 4 tahun meninggal dunia setelah didiagnosa difteri oleh seorang dokter di RSUD Tengku Mansyur.

Kisah itu masih jelas diingat Efri. Pada 14 Januari 2025, putrinya yang hanya demam tinggi dan batuk pilek, dibawa ke rumah sakit dengan harapan bisa segera pulih.

Namun, vonis dokter Johan El Hakim menyatakan sang anak terkena difteri. Tanpa pemeriksaan laboratorium, tanpa swab maupun PCR, vonis itu membuat mereka cemas sekaligus tak berdaya. Anak kecil itu dirujuk ke RS-USU, tapi di sanalah harapan terakhir kandas—sang bocah justru terlantar hingga dua jam sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.

“Kami sangat kecewa. Bahkan dua anak kami yang lain juga langsung divonis difteri tanpa uji laboratorium. Tapi setelah kami periksa ke Malaysia, hasilnya hanya radang amandel,” tutur Yuli, sang ibu, menahan air mata.

Cerita pilu ini akhirnya sampai ke telinga Wali Kota Mahyaruddin. Tak hanya sekadar menerima aspirasi, ia langsung memerintahkan jajarannya untuk menyurati Inspektorat agar dugaan malpraktik ini ditangani serius. “Tidak boleh ada warga yang dirugikan hanya karena kelalaian medis. Kita harus pastikan keadilan ditegakkan,” tegasnya.

Dukungan moral pun datang dari berbagai pihak. Pimpinan Cabang Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (PC HIMMAH) Kota Tanjungbalai menyatakan apresiasi atas langkah cepat wali kota.

Ketua PC HIMMAH, Adi Putra Manurung, menegaskan bahwa pihaknya bersama masyarakat akan mengawal kasus ini hingga tuntas. “Kami ingin memastikan hukum benar-benar berjalan dan supremasi hukum ditegakkan di kota ini,” ujarnya bersama sekretarisnya, Usman Ritonga, Minggu (28/9/2025).

Di balik semua hiruk-pikuk prosedur hukum dan kebijakan, ada satu kisah sederhana yang menjadi inti: seorang anak kecil yang seharusnya masih berlari-lari riang, kini hanya tersisa dalam kenangan keluarganya. Tragedi ini bukan hanya soal malpraktik, tapi juga tentang bagaimana negara hadir mendengarkan warganya yang lemah.

Langkah tegas wali kota dan kepedulian mahasiswa menjadi secercah cahaya, bahwa di balik kabar duka, selalu ada harapan untuk perubahan. Dan mungkin, dari kisah bocah empat tahun ini, Kota Tanjungbalai belajar arti pentingnya merawat setiap kehidupan dengan penuh tanggung jawab.red

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini